Rabu, 24 November 2010

HT Motorola





Handy Talky

RADIO MERAPI
"Handy Talky" Masih Andal


Di tengah ingar-bingar perkembangan teknologi seluler, komunikasi radio melalui perangkat genggam handy talky ternyata masih tetap andal. Komunikasi radio dua arah yang cepat ini sangat berguna dalam situasi darurat. Hal ini terbukti ketika menangani musibah letusan Gunung Merapi.

Secara teknologi memang sudah sangat ketinggalan dan dari bentuk fisiknya juga tidak semanis telepon seluler. Maka, tidaklah mengherankan apabila kebanyakan orang lebih memilih menggunakan ponsel daripada handy talky (HT) meski harus membayar pulsa. Selain alasan lain, yaitu terkait dengan perizinan frekuensi dan atau kecakapan untuk anggota ORARI.

Meski demikian, fungsi HT sebenarnya tidak tergantikan sepenuhnya oleh ponsel yang cenderung personal. Pengguna radio komunikasi dengan hanya memencet tombol push to talk (PTT) sudah bisa langsung berhubungan dengan mitranya yang memonitor pada frekuensi yang sama.

Perubahan zaman memang telah menggusur penggunaan radio komunikasi ini dan telah ditinggalkan banyak pengikutnya dalam waktu singkat. Bukanlah hal aneh apabila dalam penerapannya pada situasi bencana sering membuat gagap penggunanya.

Istilah jamming muncul lagi ke permukaan setelah sekian lama tidak terdengar. Ini memang salah satu kelemahan yang ada pada radio komunikasi, yaitu ketika gelombang yang lebih kuat menindas pancaran gelombang radio yang lebih lemah, tujuannya kebanyakan untuk mengganggu.

Sumpah serapah dan kemarahan pun meledak ketika radio komunikasi relawan Merapi terganggu oleh jamming. Sekalipun dari berbagai berita yang muncul tidak mendeskripsikan secara jelas bentuk gangguan, hanya jamming itu saja. Walaupun baru-baru ini dikabarkan ada dua jammer ditangkap, apakah sebenarnya ada raja tega di tengah bencana menyedihkan seperti ini?

Nanti dulu. Coba diteliti lagi persoalannya.

Kenyataan sekarang masyarakat sudah enggan membawa-bawa HT yang berat dan besar. Apalagi, di medan bencana yang berat dan hampir bisa dipastikan kebanyakan dari mereka lebih suka menyimpannya, terutama dalam tas.

Dalam sebuah tempat yang sempit tombol PTT bisa dengan mudah tersentuh benda-benda lain yang bersamanya. Apalagi, ketika sedang dibawa berlari-larian menjauhi wedhus gembel. Jika tombol yang ringan ini tertekan, akan menyebabkan pesawat dalam keadaan transmit.

Karena hubungan radio ini tidak langsung, tetapi menggunakan perangkat repeater agar bisa menjangkau kawasan lebih luas, transmisi dari HT akan menutup input repeater. Apabila HT yang terpencet itu posisinya lebih dekat dengan repeater, pengguna lain tidak bisa masuk.

Ini sebenarnya merupakan gangguan atau jamming tidak sengaja yang justru dilakukan anggota komunitas relawan pengguna HT itu sendiri. Dan, ini juga merupakan bentuk gagap tanggap darurat yang selalu tambal sulam dan hampir selalu mulai dari awal meski berbagai bencana terus berulang.

Teknologi penggunaan radio komunikasi diuntungkan dengan penggunaan repeater. Dengan demikian, komunikasi sesama mereka yang intens bisa dipantau melalui jaringan internet dari seluruh dunia sekalipun tidak ada link radio komunikasi.

Sumber: kompas